Pandemi ternyata berdampak serius pada kesehatan mental, terlebih pada anak muda sampai timbul pikiran ingin bunuh diri. Pandemi COVID-19 di Indonesia tidak hanya mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa, namun juga berbagai efek subtil, salah satunya pada kesehatan mental. Fatimah, mahasiswi Universitas Indonesia semester tujuh mengungkapkan bahwa Work From Home (WFH) akibat pandemi ini telah berpengaruh ke kesehatan mental, bahkan sampai menurunkan produktivitasnya. "Ketika di rumah aja gue stres, moody , gak nyaman. Jadi kerjaannya nonton [film] mulu, tugas kuliah jadi deadliner [mengerjakan tugas ketika menjelang tenggat waktu]," aku Ima. Deshinta Vibriyanti, peneliti sosial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menyebutkan bahwa hal ini bisa terjadi karena tingginya tingkat stres yang dialami individu. "Stres itu seperti huruf U terbalik," jelas Deshinta dengan menggambarkan kurva Yerkes-dodson. Kurva Yerkes-dodson tentang korelasi stres dan performa D...
PSBB dan WFH membuat beban perempuan bertambah dan menimbulkan masalah kesehatan mental. Selain itu, kekerasan pada perempuan juga meningkat di masa pandemi. Pada lima bulan awal masa pandemi COVID-19, PDSKJI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia) melakukan sebuah survei terhadap masyarakat Indonesia dan menyebutkan bahwa 71 persen perempuan di Indonesia mengalami masalah psikologis. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding laki-laki yang hanya berkisar 29 persen saja. Proporsi gangguan mental menurut jenis kelamin Selain itu, survey dari SurveyMETER juga menyebutkan secara spesifik pun juga menunjukkan bahwa proporsi perempuan memiliki tingkat kecemasan dan depresi lebih tinggi dibanding laki-laki. Kondisi depresi dan kecemasan menurut jenis kelamin "Perempuan memiliki faktor hormonal yang berbeda dengan laki-laki sehingga perubahan-perubahan hormon menyebabkan perempuan lebih mudah terkena gangguan kejiwaan", jelas dr. Lahargo Kembaren, Dokter Psikiater di Si...
Mumetnya anak ketika melaksanakan belajar daring yang tidak dibarengi dengan pengelolaan kesehatan mental, serta rentannya anak terkena kekerasan di rumah. Ilustrasi: Anita D. Prameswari Anak rentan terkena gangguan kesehatan mental dan terpapar kekerasan dari orang tua maupun online selama PJJ di masa pandemi. "Kalau belajar di rumah itu berasa malas, gitu, lho. Suasananya beda dan membosankan. Gurunya ngajar, ngasih tugas tapi nggak masuk ke otak.” Penuturan Radityo (13), siswa tingkat tiga di sebuah SMP di Jakarta, menggambarkan sepotong sudut pandang yang diambil dari kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang sudah berjalan cukup lama. Meski PJJ terlihat lebih mudah, fleksibel dan praktis, fenomena akibat pandemi ini nyatanya memiliki imbas yang signifikan pada kesehatan mental para siswa jika tidak ditangani dengan baik. Tidak hanya itu, kekerasan pada anak juga diduga meningkat sepanjang bulan-bulan pandemi selama pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PJJ:...
Komentar
Posting Komentar